JAKARTA, MEDIAGEMPITA.COM- PT Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV) PalmCo, subholding dari PTPN III (Persero), mengundang puluhan petani sawit dari berbagai kabupaten dan kota di Indonesia untuk mengunjungi kantor pusatnya di Jakarta pada awal pekan ini.
Siaran pers PalmCo, Senin (18/8), menyebutkan sebanyak 42 orang petani dari 38 lembaga pekebun yang didampingi oleh pengurus Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perusahaan Inti Rakyat (ASPEKPIR) diterima langsung oleh Direktur Utama PTPN IV PalmCo, Jatmiko Santosa, dan Direktur Hubungan Kelembagaan, Irwan Perangin-angin, di Gedung Agro Plaza, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan.
“Kami sangat bersyukur, pada momentum bulan kemerdekaan ini kita dapat bersilaturahmi dengan perwakilan petani sawit dari seluruh Nusantara,” ujar Jatmiko dalam keterangannya.
Menurutnya, para petani memiliki peran penting dalam membangun ekonomi bangsa melalui produksi tandan buah segar (TBS) yang diolah menjadi crude palm oil (CPO) atau produk turunan lainnya. Produk-produk ini tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan dan energi dalam dan luar negeri, tetapi juga membuka lapangan kerja dan mendatangkan devisa bagi negara.
“Bapak dan Ibu adalah pejuang masa kini. Melalui kebun sawit masing-masing, Bapak dan Ibu telah memberikan kontribusi besar bagi negeri ini,” tambahnya.
Para petani yang diundang PalmCo berasal dari berbagai provinsi dan pulau, seperti Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Kalimantan, dan Sulawesi.
Kegiatan utama berlangsung selama dua hari (di luar perjalanan), dimulai dengan pertemuan dan diskusi antara petani dan jajaran direksi, serta kunjungan ke fasilitas digitalisasi perusahaan di kantor pusat. Hari berikutnya, para peserta menerima pembekalan teknis dan pengembangan kapasitas yang berlangsung di Kota Bandung, Jawa Barat. Seluruh transportasi dan akomodasi difasilitasi penuh oleh PalmCo.
Jatmiko menyampaikan bahwa tujuan kegiatan ini adalah menyatukan visi para pekebun sawit, khususnya dalam menghadapi tantangan industri minyak nabati global. Menurutnya, Indonesia tidak boleh terlena sebagai produsen CPO terbesar di dunia.
“Pertumbuhan tahunan CPO Indonesia dalam lima tahun terakhir cenderung stagnan, hanya 1,04 persen. Ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan minyak nabati lainnya seperti kedelai (2,98 persen) atau rapeseed (6,25 persen). Jika tidak dikelola dengan baik, posisi strategis sawit bisa tergeser oleh komoditas lain. Ini berisiko besar bagi industri sawit nasional, ekonomi negara, dan kesejahteraan petani,” tegasnya.
Jatmiko menekankan pentingnya pengelolaan sawit secara berkelanjutan agar manfaatnya tetap terjaga.
“Sawit adalah anugerah Tuhan untuk Indonesia. Kita harus meningkatkan produktivitas sawit nasional secara berkelanjutan agar kedaulatan pangan dan energi, sebagaimana dicita-citakan para pendiri bangsa, bisa terwujud,” harapnya.
Ia juga menyoroti peran penting program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) sebagai game changer untuk meningkatkan produksi CPO nasional. Saat ini, kebun sawit rakyat memiliki porsi terbesar dari total luas perkebunan, namun produktivitasnya rendah karena usia tanaman yang sudah tua.
“Produktivitas sawit rakyat hanya sekitar 2–3 ton CPO/hektare/tahun, jauh di bawah pelaku industri lainnya. Sementara realisasi PSR nasional masih di bawah 50 persen per tahun. Oleh karena itu, perlu percepatan dan perluasan PSR secara masif,” ujarnya.
Sebagai mantan Direktur Utama PTPN V (sekarang PTPN IV Regional III), Jatmiko mengaku pihaknya telah konsisten menjalankan PSR sejak 2019.
“Kami menyiapkan berbagai skema kemitraan untuk mendukung PSR. Pertama, kemitraan penuh dengan manajemen tunggal. Kedua, petani bisa membeli bibit unggul bersertifikat secara swadaya. Ketiga, skema offtaker dengan pendampingan perusahaan. Terakhir, pelatihan teknis dan kelembagaan untuk petani,” jelasnya.
Ia mengungkapkan bahwa program tersebut telah membawa hasil positif, terutama di Provinsi Riau, dan berharap bisa diterapkan secara nasional.
“Terima kasih kepada Regional III yang telah menginisiasi acara silaturahmi ini. Ini menjadi sarana penyebaran informasi dan inspirasi ke petani di berbagai daerah,” ujarnya.
Kisah Sukses
Dalam kesempatan tersebut, sejumlah petani membagikan kisah sukses mereka setelah bermitra dengan PalmCo. Dista Khoesnul, petani sekaligus pengurus KUD Tunas Muda, mengaku kehidupannya berubah drastis.
“Dulu penghasilan pas-pasan, sekarang saya bisa menyekolahkan anak sampai sarjana,” tuturnya.
Hal serupa disampaikan oleh Hadianto, Ketua Koperasi Produsen Makarti Jaya di Rokan Hulu. Ia menyebut model manajemen tunggal yang dijalankan PalmCo layak menjadi panutan.
“Kami dikawal sejak awal, mulai dari pengajuan proposal hingga proses replanting. Produksi kami tahun pertama mencapai 18 ton/ha/tahun, tahun kedua 21 ton, dan tahun ketiga 23 ton. Alhamdulillah, jauh di atas rata-rata nasional,” ucapnya.
Petani swadaya lainnya, seperti M. Nur dari Aceh dan Andi Akmal dari Luwu Utara, berharap pola kemitraan offtaker juga dapat meningkatkan produktivitas mereka.
“Semoga petani swadaya juga makin sejahtera. Bersama PalmCo, kemitraan tanpa batas,” ujar keduanya.
PTPN IV mencatat banyak keberhasilan dalam membangun kemitraan dengan petani. Hingga semester I 2025, rekomendasi teknis untuk PSR telah mencapai 11 ribu hektare. Dari total 24 ribu hektare yang diremajakan, 14 ribu hektare sudah menghasilkan, dengan produktivitas TBS di atas rata-rata nasional. Kesejahteraan petani pun meningkat, dengan SHU koperasi di atas Rp6 juta per bulan dan saldo koperasi petani mencapai Rp13-19 miliar per tahun.
Menutup kunjungan di PalmCo Business Cockpit platform digitalisasi perusahaan Ketua DPP ASPEKPIR Indonesia, melalui Efendi Pasaribu selaku Ketua Sekretariat, memberikan penghargaan kepada Jatmiko. Ia dinobatkan sebagai Bapak Pelopor Sawit Baik Berkelanjutan.(red)