Opini
Beranda / Opini / Selamat Jalan, Wina Armada: Catatan Seorang Sahabat

Selamat Jalan, Wina Armada: Catatan Seorang Sahabat

“Momen kebersamaan penuh kehangatan yang kini tinggal kenangan. Selamat jalan, sahabat. (Foto: Dok. Pribadi)”

Oleh: Hendry Ch Bangun

Terakhir kali saya bertemu Wina Armada adalah pada Jumat siang, 13 Juni lalu, di Gedung Dewan Pers, Jakarta. Seusai salat Jumat di masjid belakang Gedung Dewan Pers, kami sempat duduk sebentar di lobi. Wina masih seperti biasa: ramah, penuh tawa, dan selalu punya cerita soal dunia pers yang tak pernah habis dibahas.

Kami bersahabat sejak era pers kampus di Universitas Indonesia, akhir tahun 70-an. Bersama, kami merasakan bagaimana sulitnya jadi wartawan di masa Orde Baru. Wina adalah teman diskusi yang tajam, sekaligus sahabat yang hangat. Perjalanan kami di PWI pun beririsan; saya tahu betul bagaimana kontribusinya di organisasi ini begitu besar.

Sebagai wartawan, advokat, dan pengamat hukum pers, Wina Armada punya peran penting lahirnya Undang-Undang Pers No. 40 Tahun 1999. Ia juga pernah memimpin Komisi Hukum Dewan Pers, menggagas Peraturan Standar Kompetensi Wartawan, serta melahirkan Piagam Palembang 2010. Semua jejak itu akan selalu diingat insan pers Indonesia.

Kami sempat berbeda pilihan di PWI, tetapi itu tak pernah merusak persahabatan kami. Kami sadar, dalam organisasi, perbedaan itu wajar. Yang penting, tali silaturahmi tetap terjaga. Wina selalu menyapa lebih dulu setiap kami bertemu, seolah tak ada jarak di antara kami.

Viral Pemotor Tanpa Helm Masuk Tol Jagorawi Arah Bogor

Saya ingat betul, 10 Maret lalu, saat buka puasa bersama Astra International, Wina sempat menarik saya ke pojok ruangan. “Bang, kapan kita ngopi lagi?” katanya sambil tertawa kecil. Sayang, janji sederhana itu belum kesampaian.

Kabar kepergiannya saya terima Kamis, 3 Juli 2025, pukul 16.20 WIB, lewat grup WhatsApp teman-teman Persahabatan UI. Wina menghembuskan napas terakhir usai dirawat karena serangan jantung di Rumah Sakit Kebayoran. Duka ini begitu dalam.

Saya masih terbayang pelukan hangat di pertemuan terakhir. Empat puluh tahun lebih bersahabat, melewati jatuh bangun profesi wartawan dari era Orde Baru hingga reformasi. Bagi saya, Wina adalah sahabat, saudara, sekaligus teladan dalam menjaga marwah kebebasan pers.

Selamat jalan, Wina. Kita tetap sahabat, selamanya.

Ciputat,17:30 WIB.

Tol Klaten–Prambanan Dibuka, Semarang–Yogya Diklaim Lebih Cepat 2 Jam

×
×