Beijing,Mediagempita.com – China mencatat lonjakan surplus perdagangan pada Juni 2025 yang menembus USD 114,8 miliar atau setara Rp1.868 triliun (kurs Rp16.270 per USD). Capaian ini naik signifikan dibanding bulan sebelumnya sebesar USD 103,2 miliar, sekaligus melampaui surplus pada Juni 2024 yang hanya USD 98,9 miliar.
Kinerja ekspor Negeri Tirai Bambu melonjak 5,8% secara tahunan (YoY), menguat dari capaian Mei sebesar 4,8%. Sementara itu, impor yang sempat terkontraksi pada Mei (-3,4%) berhasil rebound dengan pertumbuhan 1,1% YoY.
Cari Pasar Baru, Hindari AS
Meski ekspor China secara keseluruhan naik, hubungan dagangnya dengan Amerika Serikat justru mencatat penurunan tajam. Ekspor China ke AS turun 16,1%, sementara impornya dari AS juga terkontraksi 15,5%.
Sebagai gantinya, eksportir China disebut mulai mengejar pasar baru di kawasan Asia, Afrika, dan Amerika Latin guna menghindari ketergantungan pada pasar tradisional yang saat ini diliputi ketidakpastian tarif.
Antisipasi Deadline Tarif AS
Lonjakan ekspor ini juga dipicu oleh strategi China dalam memanfaatkan sisa waktu sebelum tenggat negosiasi tarif baru dengan AS yang berakhir 12 Agustus 2025.
Banyak perusahaan mempercepat pengiriman barang agar lolos dari potensi beban tarif yang lebih tinggi jika negosiasi gagal mencapai kesepakatan.
Permintaan Dalam Negeri Masih Lemah
Di balik lonjakan ekspor, ekonomi domestik China justru belum sepenuhnya pulih. Konsumsi rumah tangga masih lemah, mendorong produsen mengandalkan pasar luar negeri untuk menjaga pertumbuhan.(red)