Jakarta,Mediagempita.com – Menurunnya daya beli masyarakat masih menjadi keluhan utama para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Alex, pemilik toko handphone Vin Cell di Pasar Darurat, Cengkareng, Jakarta Barat, turut merasakan dampaknya secara langsung.
“Marjin keuntungan tidak seperti dulu. Sekarang pembeli banyak yang hanya lihat-lihat, tidak langsung beli,” ujar Alex, yang telah menjalani usaha di bidang jual-beli handphone lebih dari 15 tahun. Ia juga telah menetap di Jakarta selama dua dekade sejak merantau dari kampung halamannya di Pontianak, Kalimantan Barat.
Vin Cell menjual berbagai merek handphone seperti Oppo dan Vivo, baik secara tunai maupun kredit melalui platform Akulaku, Kredivo, Home Credit, dan Blibli. Meski sudah mulai merambah pemasaran online, Alex mengaku persaingan dan tekanan ekonomi tetap membuat usahanya berat.
“Saya berharap pemerintah bisa memberikan perhatian lebih ke pelaku UMKM seperti kami. Bantuan nyata, bukan cuma wacana,” tegasnya.
Menurut data dari Kementerian Koperasi dan UKM, sekitar 60% UMKM di Indonesia mengalami penurunan omzet sejak 2023, sebagian besar karena inflasi dan pelemahan daya beli. Sementara itu, survei Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) mencatat bahwa hanya 30% pelaku UMKM yang merasa terbantu oleh program pemulihan ekonomi pemerintah.
Ketua Akumindo, Ikhsan Ingratubun, juga menyoroti pentingnya intervensi yang tepat sasaran.
“Pelaku UMKM butuh akses permodalan, pelatihan digital, dan insentif pajak. Jika ini tidak dibenahi, banyak UMKM akan gulung tikar dalam waktu dekat,” katanya dalam konferensi pers awal Juni lalu.
Bagi Alex dan pelaku usaha kecil lainnya, bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi adalah perjuangan sehari-hari. Ia hanya berharap pemerintah benar-benar melihat mereka, bukan sekadar angka statistik di laporan.(red)