Ekonomi
Beranda / Ekonomi / Rupiah Menguat, Didukung Lonjakan Penjualan Ritel di China

Rupiah Menguat, Didukung Lonjakan Penjualan Ritel di China

Jakarta, Mediagempita.com – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada awal pekan ini, ditopang oleh sentimen positif dari rilis data ekonomi China. Kabar menggembirakan datang dari sektor konsumsi Tiongkok yang menunjukkan pemulihan signifikan, memicu arus modal ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

Data resmi menunjukkan bahwa penjualan ritel di China pada Mei 2025 tumbuh sebesar 6,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Capaian ini melampaui ekspektasi pasar yang memproyeksikan kenaikan di kisaran 5 persen. Kinerja konsumsi tersebut merupakan yang tertinggi dalam enam bulan terakhir, mencerminkan mulai pulihnya daya beli masyarakat di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Lonjakan konsumsi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya program trade-in untuk barang-barang elektronik dan kendaraan, serta dimulainya lebih awal festival belanja tahunan “618” yang menjadi salah satu momen puncak transaksi daring di China.

Sementara itu, meskipun data produksi industri China sedikit melambat menjadi 5,8 persen dari sebelumnya 6,1 persen, pelaku pasar tetap menilai sinyal dari sisi konsumsi sebagai katalis positif bagi negara mitra dagang, termasuk Indonesia.

“Data ritel China menjadi kabar baik bagi rupiah. Ketika konsumsi domestik di China meningkat, permintaan ekspor dari negara-negara berkembang seperti Indonesia berpotensi ikut terdongkrak,” kata analis ekonomi pasar uang, Rudi Hartanto.

Tim Kurash Banten Raih 7 Medali di Kejurnas 2025, Siap Tembus Panggung Asia

Di sisi lain, kinerja ekspor China secara keseluruhan tercatat tumbuh 4,8 persen secara tahunan. Namun, ekspor ke Amerika Serikat mengalami penurunan tajam hingga lebih dari 30 persen akibat ketegangan dagang yang belum sepenuhnya mereda.

Pasar keuangan merespons positif rilis data tersebut. Rupiah menguat terhadap dolar AS dan IHSG juga mengalami penguatan terbatas. Analis memperkirakan tren penguatan ini dapat berlanjut jika data ekonomi global lainnya turut mendukung, terutama dari kawasan Asia.

“Meski demikian, investor tetap perlu mewaspadai potensi tekanan dari sisi eksternal seperti suku bunga global, geopolitik, dan tren inflasi,” ujar Rudi.

Dengan menguatnya sentimen positif dari China, rupiah kembali menunjukkan daya tahan di tengah tekanan global. Pemerintah dan pelaku pasar diharapkan dapat memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat fondasi ekonomi domestik secara berkelanjutan.(red)

Penyelidikan Dihentikan, Hendry Ch Bangun Lega: Tak Ada Unsur Pidana
×
×
Exit mobile version